Monday, October 24, 2011

PENGANTAR


Talaud yang kita kenal dengan sebutan Porodisa adalah sebuah negeri yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.  Betapa tidak sebuah daratan koral yang dapat ditumbuhi berbagai macam tumbuhan.  Terbentang dari dari utara ke selatan pada   4 º 01΄00 ˝ Lintang Utara dan  126 º 40΄00 ˝ Bujur Timur.

Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah perbatasan Indonesia – Philipina yang juga disebut gerbang pasifik yang terdiri dari pulau – pulau terbentang Sebelah Utara dengan Republik Philipina, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sangihe, Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Pasifik, Sebelah Barat berbatasan dengan laut  Sulawesi.

Disamping itu disebut juga sebagai daerah bahari karena sebagian besar wilayahnya adalah laut. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten kepulauan Talaud adalah 25.722,22 Km² yang terdiri dari Luas Daratan 1.251,02 Km² (4,85%) dan Luas Lautan 24.521,20 Km² (95,15%)  Berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintahan Kabupaten kepulauan Talaud terbagi atas 17 kecamatan (data Tahun 2007; sampai sekarang terus ada pemekaran kecamatan).

Sebagai komunitas yang mendiami kepulauan Talaud, kita terlanjur terlena.  Memiliki kepercayaan diri yang terkedang berlebih.  Tanpa kita sadari siapa diri kita. 
Dengan tulisan ini akan membawa kita pada upaya koreksi diri. Banyak dari kita telah lupa siapa diri kita sebenarnya.  Komunitas Talaud tidak menyadari bahwa kita terus diimpit oleh upaya laten stratifikasi komunitas lain.  Artinya, jati diri sebagai komunitas Talaud terus memburam dalam dunia ”penunjukan jati diri”.
Tulisan ini merupak prespektif pribadi yang perduli akan manifestasi jati diri komunitas Talaud yang berkarakter.
Tanggung jawab meneruskan hari-hari kelam Porodisa dalam rangkaian sejarah yang perlu mendapat perhatian bagi generasi berikut.  Sebagai generasi muda tertantang untuk meneruskan kejadian-kejadian dan keberagaman dalam konstalasi  pembelajaran bagi generasi berikut.  Biarlah ”budaya bae”  sebagai budaya yang turut memperkaya khasana budaya kita. Tetapi sekarang kita sudah harus belajar dan berkarya dalam tulisan-tulisan.

No comments:

Post a Comment